iklan banner
[recent]

Saturday 9 March 2019

Lakumu menentukan Ikhlasmu



M.E.R.A.S.A

Ketiadaan ilmu mengajarkan seseorang untuk tetap bertahan dan senantiasa belajar untuk menjadi lebih baik.

Ikhlas itu ternyata puncak dari ilmu secara hakikatnya, meski tak ada ilmu secara teoritis yang mampu membentuk seseorang mencapai derajat keikhlasan, akan tetapi perilakulah yang lebih banyak berperan menentukan. Setinggi apapun ilmumu ketika dalam diri tidak mampu dan mau menerima keadaan, maka keikhlasan hanyalah pemanis bibir dan bagian dari debu yang menempel pada kulit.

Belajar dan terus belajar menerima, serta memberi dalam setiap hidup dengan buah kemanfaatan tanpa adanya harapan lain selain ridlo ilahi.

Lakumu menuntun ikhlasmu

Wonosobo, 9 Maret 2019

Salam Ta'dzim
Alfaqir wal Murtaqibuddunub

M. Luqman Miftahul M

Saturday 22 September 2018

Berdakwalah dengan Santun



T.A.N.B.I.H

Jangan kuras habis energimu hanya untuk menjatuhkan orang lain karena nafsu kebencianmu, tapi berdakwahlah dengan mawaid hasanah dan ketika kau tak sepakat maka terapkan konsep mujadalah bil husna, agar esensi dakwahmu masuk ke dalam hati 

Islam itu ramah dan merangkul
Bukan marah dan memukul

Grobogan, 22 September 2018
Salam ta'dzim

M. Luqman Miftahul M

Wednesday 19 September 2018

Barokah pada Keluarga



T.A.B.A.R.U.K

Barokah kepada Keluarga

Dalam surat Al-Mu'minun ayat 29, Allah SWT mengajarkan doa, bagaimana memohon agar barokah dianugerahkan kepada keluarga / rumah tangga:

وَقُل رَّبِّ أَنزِلْنِي مُنزَلاً مُّبَارَكاً وَأَنتَ خَيْرُ الْمُنزِلِينَ

Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada rumah yang dianugerahi barokah, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.

Karena sebaik-baik tempat adalah rumah kita setelah Masjid, dimana semua kegiatan dan aktifitas kita dimulai dan diakhiri. Awali kebaikan kita dari dalam rumah dan akhirkan semua dengan kebaikan di dalam rumah. Maka ada istilah Rumahku adalah Surgaku, selain pengharapan juga bagaimana laku kita di dalam rumah. Mampukah kita menciptakan kedamaian dan kesejahteraan keluarga, atau bahkan kita akan termasuk dlolim dalam keluarga?. Jangan balikkan pengaharapan kita jadi Baitii narii, Rumahku nerakaku. Kasih sayanglah terhadap sesama keluarga, jangan jadikan Amanat yang dititipkan Alloh SWT menjadi fitnah bagi kita. Na'udzubillah.

Mari ajarkan kepada seluruh keluarga kita untuk senantiasa bertaqwa kepada Alloh, berakhlaqul karimah ,serta mampu menjadi tauladan bagi sesama terutama dalam hal kebaikan. Ini adalah warisan yang tidak termaktub namun bermanfaat dunia hattal akhiroh. Ketika kita terlahir ke dunia dengan menangis menjerit karena begitu beratnya kewajiban atas amanah di dunia ini, tapi keluarga tersenyum atas kelahiran kita, maka ketika ajal menjemput semoga kita bisa menghadap Sang Khaliq dengan senyuman dan keluarga kita menangis karena keridloan atas ditinggalnya kebaikan-kebaikan kita.

Mari bermuhasabah bersama agar waktu yang kita miliki, bisa digunakan untuk kebaikan dan kebaikan serta kebaikan. Bukan untuk menjadikan diri kita lebih suci dibandingkan orang lain, tapi lebih untuk ketenangan serta keberkahan hidup di dunia hattal akhiroh.

Salam ta'dzim
Sang Murtakibuddunub

M. Luqman Miftahul M

Thursday 13 September 2018

Kebiasan Tabarukan Santri



nuruliman1992.com - Sudah menjadi kewajiban bagi seorang santri ketika ia menimba ilmu agama dalam Pesantren, selain niat mengaji untuk memperdalam khasanah ilmu agama dan sosial, pastilah "ngalap berkah" adalah keniscayaan yang tak bisa terelakan. Karena mutasilnya ilmu itu sangatlah tergantung pada keridloan Ilahi melalui ridlonya Sang Kyai / Guru. Hal ini lebih familiar dalam kalangan santri biasa disebut Tabarukan. Bahkan Syekh az-Zarnuji menandaskan, “Siapa yang menyakiti gurunya, maka ia pasti terhalang keberkahan ilmunya, dan hanya sedikit saja ilmunya bermanfaat.” ( Ta'limal Muta'alim ).

Setiap santri dalam berkreasi untuk mencari keberkahan ilmu dan sang kyai berbagai macam cara bahkan banyak orang umum menganggapnya di luar akal, karena bagi seorang santri keberkahan ilmu dan Kyai bisa di dapat dalam majlis ilmu, atau apapun di Pesantren bisa dijadikan ladang Tabarukan. Berebut barokah bahkan menjadi salah satu hal yang paling unik di kalangan santri, pokoke ngalap barokah intine sesuai dengan kemantapan hati meski banyak orang tidak sependapat bahkan banyak yang nyinyir, tapi itulah santri yang sangat yakin bahkan sampai tingkatan haqul yaqin wa 'ainul yaqin.

1. Sandal / Menata Sandal Sang Kyai 

Saya kira bagi seorang yang pernah merasakan hidup dalam pesantren, akan sangat sepakat dengan yang satu ini yakni menata sandal Sang Kyai wa ahlihi. Terkadang "Rebutan" juga menjadi tradisi hanya untuk Taarukan bina'lain. Koq bisa begitu yakin yah?? Gerutu para kaum orientalis normatif yang lebih mengedepankan rasio ketimbang keyakinan bahkan feelnya.

ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺱ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﻮﻥ ﻧﻌﻞ ﻣﺤﻤﺪ * ﻋﻠﺖ ﻓﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﺗﺤﺖ ﻇﻼﻟﻪ
Alas kaki Nabi Muhammad berada di atas kepala alam semesta, dan seluruh makhluq berada di bawah bayang-bayangnya.
( Jawahirul Bihar Lil Asy Syaih Yusuf bin Ismail An Nabhani )

التبرُّكُ بالنَّعلين من الوليِّ أفضلُ منه بغيرهما لأنهما يَحمِلانِ الجُثَّةَ كلَّها . ( الفوائد المختارة : ٥٧٠ )

Ngalap berkah melalui sandal seorang wali lebih utama dari pada dengan selainnya. Karena sandal di gunakan untuk membawa jasad seutuhnya.

Inilah kenapa para santri di Pesantren berebut untuk menata sandal Kyai bahkan para tamunya, semata -mata hanya untuk mencari keberkahan dan ridlo kyai yang bisa menjadikan ridlo Ilahi sampai padanya, karena Ulama adalah pewaris Nabi Muhammad SAW dalam hal ilmunya.

2. Sisa Makanan dan Minuman Sang Kyai

Sudah bukan rahasia umum lagi ketika Kyai selesai makan dan minum, maka sisa dan bekasnya akan menjadi barang paling favorit untuk diperebutkan. Piring bekas yang digunakan makan seorang kyai, akan ditunggui bahkan diperebutkan santri untuk dikasih air dan kucek kemudian diminumlah sisa makanan beserta air tersebut. Apalagi air sisa dalam gelas yang diminum Sang Kyai itupun juga akan menjadi incaran seluruh santri, hingga semboyan Siapa cepat dia yang dapat sangat melekat dalam hati seorang santri, semata hanya ingin mendapat barokah ilmu melalui sisa minuman yang telah diminum Kyai, Bukan karena rakus, bukan pula kelaparan. Buktinya, mereka yang kalah cepat mendapatkan sisa tersebut, masih bisa meminta bagian sedikit kepada rekannya yang lebih dulu mengambil. Sekali lagi, sisa makanan dan minuman orang saleh diyakini mendapat keberkahan. Hal semacam ini pernah dialami oleh Imam Syafii dan Imam Ahmad ibn Hanbal. Jangankan sisa makanan, bahkan dalam Mausu’ah al-Yusufiyyah, juz VI, hal 18, diceritakan bahwa Imam Syafi’i meminum air rendaman baju Imam Ahmad yang masih terbilang muridnya untuk bertabaruk.

Sebaliknya, Imam Ahmad pun melakukan hal yang sama terhadap baju Imam Syafi’i yang disimpannya. Itu air basuhan baju, apalagi sisa makanan yang jelas masih lebih enak, tentu para santri tak menyia-nyiakannya. Hitung-hitung tabarukan sambil mengisi perut.
Ngoten nggih Kang 😁😁😁

3. Tegesan / Puntung Rokok Kyai

Bagi para santri yang memiliki Kyai perokok, ada lagi sasaran benda yang jadi bahan rebutan, yaitu Tegesan atau puntung rokok Kyai. Sama seperti halnya sisa makanan dan minuman yang diharapkan jadi jalan berkah, dengan alasan yang sama para santri mengicar sisa rokok Kyai.

Di pesantren yang Kyainya merupakan perokok, ada saja cara para santri untuk mendapatkan sisa rokok kiai. Ada yang sambil membersihkan halaman ndalem sambil mencari kalau-kalau puntung rokok Kyai dibuang di sudut halaman. Biasanya tegesan rokok tsb dikimpulkan kalau sudah agak banyak, kemudian disatukan sisa tembakaunya terus dilinting ulang dengan padud atau klobot (kulit jagung). Selain untuk ngalap berkah, lumayan buat mengurangi anggaran belanja alias ngirit kiriman.

Dalam kurun waktu berdirinya Pesantren Nurul Iman Pasir Wetan, saya mengingat beberapa santri yang sangat suka dengan hal-hal diatas, Eyang Rohman, kang Karman Kebumen, Kang Yasin Purbalingga , Kang Muslimin yang masih nyantri dan masih banyak santri lagi di setiap generasi yang mereka hampir melakukan hal tsb. Padahal hal tsb tidaklah tersurat bahkan diajarkan, tapi itulah jalan santri untuk mencari dan mendapatkan keberkahan ilmu dan Kyai agar wushul himmah mereka mendapat ilmu yang manfaat dan barokah tentunya.

Sekian dulu saja, semoga bermanfaat. Dan apakah jalan keberkahan yang kau tempuh semasa di Pesantren Kang, mbak Santri??
Karena Keyakinanmu akan menuntun jalan kesuksesanmu di masa yang akan datang

Pasir, 12 September 2018
Salam ta'dzim

M. Luqman Miftahul M

Saturday 8 September 2018

Biar Gak Salah Paham, Yuk Kenali 4 Madzhab



nuruliman1992.com - Bahwa Ahlussunnah wal jama’ah dalam realita sekarang, dalam bidang fiqih mengikuti salah satu madzhab yang empat. Dalam bidang fiqih dan amaliah, Ahlussunnah wal jama’ah mengikuti pola bermadzhab dengan mengikuti salah satu madzhab fiqh yang dideklarasikan oleh para ulama yang mencapai tingkatan mujtahid mutlaq. Beberapa madzhab fiqh yang sempat eksis dan diikuti oleh kaum Muslimin Ahlussunnah wal Jama’ah ialah madzhab Hanafi. Maliki, Syafi’i, Hanbali, madzhab Sufyan al-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, ibn Jarir, Dawud al-Zhahiri, al-Laits bin Sa’ad, al-Auza’i, Abu Tsaur dan lain-lain. Namun kemudian dalam perjalanan panjang sejarah Islam, sebagian besar madzhab-madzhab tersebut tersisih dalam kompetisi sejarah dan kehilangan pengikut, kecuali empat madzhab yang tetap eksis dan berkembang hingga dewasa ini. Pengikut empat madzhab tersebut, diakui sebagai kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah.

1. Madzhab Hanafi

Madzhab Hanafi ini didirikan oleh al-Imam abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit al-Kufi (80 – 150 H / 699-767 M). Pada mulanya madzhab Hanafi ini diikuti oleh kaum Muslimin yang tinggal di Irak, daerah tempat kelahiran abu Hanifah, pendirinya. Namun kemudian, setelah Abu Yusuf menjabat sebagai hakim agung pada masa Daulah Abbasiyyah, madzhab Hanafi menjadi populer di negeri-negeri Persia, Mesir, Syam dan Maroko. Dewasa ini, madzhab Hanafi diikuti oleh kaum Muslimin di Negara-negara Asia Tengah, yang dalam referensi klasik dikenal dengan negeri seberang Sungai Jihun (sungai Amu Daria dan Sir Daria), Negara Pakistan, Afghanistan, India, Bangladesh, Turki, Albania, Bosnia dan lain-lain.
Dalam bidang ideologi, mayoritas pengikut madzhab Hanafi mengikuti madzhab al-Maturidi. Sedangkan ideologi madzhab al-Maturidi sama dengan ideologi madzha al-Asy’ari. Antara keduanya memang terjadi perbedaan dalam beberapa masalah, tetapi perbedaan tersebut hanya bersifat verbalistik (lafzhi), tidak bersifat prinsip dan substantif (haqiqi dan ma’nawi). Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa pengikut madzhab al-Maturidi adalah pengikut madzhab al-Asy’ari juga. Demikian pula sebaliknya, pengikut madzhab al-Asy’ari adalah pengikut madzhab al-Maturidi juga. Dalam hal tersebut al-Imam Tajuddin as-Subki mengatakan, “Mayoritas pengikut Hanafi adalah pengikut madzhab al-Asy’ari, kecuali sebagian kecil yang mengikuti Mu’tazilah.”

2. Madzhab Maliki

Madzhab Maliki ini dinisbahkan kepada pendirinya, al-Imam Malik bin Anas al-Ashbahi (93-179 H/712-795 M). Madzhab ini diikuti oleh mayoritas kaum muslimin di Negara-negara Afrika, seperti Libya, Tunisia, Maroko, Aljazair, Sudan, Mesir, dan lain-lain. Dalam bidang teologi, seluruh pengikut madzhab Maliki mengikuti madzhab al-Asy’ari tanpa terkecuali. Berdasarkan penelitian al-Imam Tajuddin as-Subki, belum ditemukan di kalangan pengikut madzhab Maliki, seorang yang mengikuti selain madzhab al-Asy’ari.

3. Madzhab Syafi’i

Madzhab Syafi’i ini didirikan oleh al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (150-204 H/767-820 M). Madzhab Syafi’i ini diakui sebagai madzhab fiqh terbesar jumlah pengikutnya di seluruh dunia. Tidak ada madzhab fiqh yang memiliki jumlah beitu besar seperti madzhab Syafi’i, yang diikuti oleh mayoritas kaum Muslimin Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia. Filipina, Singapura, Thailand, India bagian Selatan seperti daerah Kirala dan Kalkutta, mayoritas Negara-negara Syam seperti Syiria, Yordania, Lebanon, Palestina, sebagian besar penduduk Kurdistan, Kaum Sunni di Iran, mayoritas penduduk Mesir dan lain-lain.
Dalam bidang ideologi, mayoritas pengikut madzhab Syafi’i mengikuti madzhab al-Asy’ari sebagaimana ditegaskan oleh al-Imam Tajuddin as-Subki, kecuali beberapa gelintir tokoh yang mengikuti faham Mujassimah dan Mu’tazilah.

4. Madzhab Hanbali

Madzhab Hanbali ini didirikan oleh al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal al-Syaibani (164-241 H/780-855 M). Madzhab Hanali ini adalah madzhab yang paling sedikit jumlah pengikutnya, karena tersebarnya madzhab ini berjalan setelah madzhab-madzhab lain tersosialisasi dan mengakar di tengah masyarakat. Madzhab ini diikuti oleh mayoritas penduduk Najd, sebagian kecil penduduk Syam dan Mesir. Dalam bidang ideologi, mayoritas ulama Hanbali yang utama (fudhala’), pada abad pertengahan dan sebelumnya, mengikuti madzhab al-Asy’ari. Di antara tokoh-tokoh madzhab Hanbali yang mengikuti madzhab al-Asy’ari ialah al-Imam ibn Sam’un al-Wa’izh, Abu Khaththab al-Kalwadzani, Abu al-Wafa bin ‘Aqil, al-Hafizh ibn al-Jawzi dan lain-lain. Namun kemudian sejak abad pertengahan terjadi kesenjangan hubungan antara pengikut madzhab al-Asy’ari dengan pengikut madzhab Hanbali.

Semoga bermanfaat.

Salam ta'dzim

M. Luqman Miftahul

Monday 3 September 2018

Ingin Sukses, ini kiat-kiatnya


Dalam salah satu silaturahmi kami, ada beberapa kiat sukses seorang ulama besar dan memang itu sangat layak kita contoh dalam keseharian kita.

1. Seneng silaturahim
Ada begitu banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dalam bersilaturahim selain menperpanjang keberkahan umur kita ternyata silaturahmi juga menjadikan rizqi kita bertambah entah darimana datangnya
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.

2. Istiqomah gole ziaroh wali
Wali Allah adalah orang yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengamalkan ketaatan, mengerjakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan memperbanyak amal-amal sunnah, maka Allah membalasnya dengan penjagaan dan pertolongan-Nya
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ. الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ. لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ، لا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ، ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Ketauhilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa (kepada Allah). Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar (QS Yuunus: 62-64).

3. Weh-wehono ( Loman/ Shodaqoh )
Shodaqoh adalah satu kesunahan Amalan yang sangat dianjurkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW, selain memang sebagai wujud berbagi sesama ( tanggung jawab soasial ), karena dalam setiap harta yang kita punya ada hak milik kaum fuqoro wal masakin. Bershodaqoh tidaklah perlu kita menunggu menjadi seorang yang kaya harta, akan tetapi shodaqoh merupakan wujud dari menejemen kekayaan hati kita, lepas daripada harta yang kita punya, ada banyak sesuatu yang bisa kita shodaqohkan, ilmu, tenaga, pikiran bahkan amaliyah dzikir kita. Para kekasih Alloh tidaklah memperoleh keleluasaan Rohmat dan Ridlo Alloh SWT karena banyaknya ibadah, akan tetapi karena kedermawanan hati mereka serta tidak terlalu bakhil dan berpikir tentang hitung-hitungan dunia. Bahkan Alloh mengutus malaikat di pagi hari hanya untuk mereka yang dermawan hatinya.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةْ أنَ رَسُوْلُ الله صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمْ قَالَ: مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إٍلَّامَلَكَانِ يَنْزِاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَلَّلهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقَا خَلَفًاوَيَقُوْلُ الاخَرُ: اَلَّلهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا. (رواه البخاري)
Hadits Abu Hurairah R.A : Bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak ada hari dimana hamba-hamba Allah berada di waktu pagi melainkan ada dua malaikat yang turun, dimana salah satu di antara keduanya berdo’a: “Wahai Allah, berikanlah ganti kepada orang yang suka berinfaq”. Dan malaikat lain berdo’a: ”Wahai Allah binasakanlah orang yang kikir” (HR.Bukhori) dalam Kitab Al Lu'lu wal Marjan.
Semoga kita senantiasa bisa meneladani apa yang menjadi ikhtiar dan kebiasaan para ulama untuk meraih kesuksesan, agar kita bisa menajdi orang yang berhasil di dunia hattal akhiroh amiin
Salam ta'dzim

M. Luqman Miftahul M
Gunung pring, 3 September 2018